My 3 days in Singapore

Pernah travel ke luar negeri, khususnya ke Singapore? Dalam blog ini, saya berikan beberapa panduan dan informasi bagi yang belum pernah dan akan melakukan travelling ke Singapore. Termasuk cerita dan pengalaman saya ketika berada di Singapore.



# DAY 1 #

Travelling saya kali ini dipersiapkan hanya selama dua minggu. Planning sih sudah dari satu bulan sebelum, tapi semua persiapan ya mulai dua minggu sebelum keberangkatan. Semua saya persiapkan via online/internet. Mulai dari tiket pp sampai hotel.

Berangkat dari rumah, saya menggunakan jasa taxi. Kebetulan saya mempunyai langganan taxi, jadi saya sudah order satu hari sebelum untuk menjemput saya di rumah. Saya menggunakan jasa Airasia, dengan penerbangan jam 05.45 WIB. Jadi, jam 03.15 pagi saya sudah meluncur ke bandara. Perjalanan dari rumah menuju bandara Soekarno Hatta hanya sekitar 30 menit. Jam 03.45 saya tiba di terminal 3, bandara Soekarno Hatta.

Kebetulan saya naik pesawat dari Airasia, jadi setiba di terminal 3, saya langsung bisa check in di mesin check in yang tersedia, tidak perlu antri panjang di loket check in. Karena kebetulan bersamaan dengan hari liburan sekolah dan banyak yang berlibur ke Singapore, jadi saya dapat kursi di belakang. Tidak masalah sih.

Jam 09.30 waktu Singapore pesawat landing di bandara Changi. Sekilas tentang Singapore.. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di bandara Changi, kata-kata pertama yang terucap di bibir saya adalah.. DISCIPLINE, FINE, CLEAN, COMFORT.. Ini selalu terlintas di pikiran saya, walaupun sudah beberapa kali berkunjung ke Singapore.

Bukan tidak cinta terhadap negara sendiri, Indonesia, tapi memang benar, baru saja 10 menit saya berada di Changi, mulut dan pikiran saya tidak henti-hentinya berdecak kagum. Semua yang ada di bandara Changi, Singapore membuat saya kagum dan takjub. Berkeliling di dalam bandara Changi mungkin tidak cukup satu hari, it’s so big airport.

Berbeda dengan di bandara Soekarno Hatta, memang besar juga tapi terbagi dalam beberapa terminal keberangkatan, ditambah dengan beberapa hal (kurang etis disebutkan disini) yang kurang tertib. Apalagi petugas imigrasinya, haduuuuh, walau tidak semua, tapi hampir semua terlihat angker alias kurang ramah. Di bandara Changi, semua petugas imigrasi yang saya jumpai ramah namun tegas, semua tamu/orang harus mengikuti peraturan. Tempatnya juga (once again) so clean..

Perjalanan dari bandara Changi menuju harbour front dengan MRT (Mass Rapid Transit), membuat saya tambah berdecak kagum. Mulai dari tatanan kota, kebersihan, disiplin, peraturan dan ketentuan dari pemerintah setempat, sampai pada bentuk dan struktur bangunan yang ada di sana. Berbagai golongan, dari melayu, india, china, membaur dengan natural. Berbeda sekali dengan Indonesia, so crowded. Hmmm, i wish i could live here..

Travelling saya di Singapore kali ini berbeda. Biasanya saya berangkat dengan teman atau sendiri, sekarang saya berangkat hanya berdua dengan suami. Tidak menggunakan jasa tour n travel, semua saya lakukan sendiri, alias backpacker, tapi semi backpacker yaaa, karena saya emoh menggunakan hotel yang kamar mandinya berbarengan.

Tiba di bandara Changi, saya langsung menuju ke toilet. Waaah, toilet disini bersih dan petunjuk pemakaian toilet pun terpampang dengan jelas.
Ini sanitary, berada di dalam toilet.
Ini petunjuk penggunaan toilet
Dari toilet, saya dan suami langsung menuju ke water tap yang ada di beberapa titik. Minum langsung dan mengisi botol minum kosong. Lumayan, gratis.
Ini salah satu water tap di bandara Changi, pas di depan toilet.
Setelah itu staff canteen menjadi tujuan saya, untuk sarapan. Lokasi staff canteen ini berada di luar bandara namun masih di dalam lingkungan. Jadi, kita harus keluar pintu arrival/imigrasi, turun satu lantai, belok kiri sampai ketemu burger king di sebelah kiri, disitu langsung ada pintu keluar. Keluar melalui pintu itu, langsung belok kiri sampai ketemu pintu basement yang ada tulisan staff canteen. Turun satu lantai, langsung deh ketemu staff canteen. Saya dan suami memang sengaja memilih makan disini karena harga yang relatif murah, dibanding tempat makan lain yang ada di bandara Changi. Di sini kisaran SGD 2-4 atau Rp.15.000-35.000,-

Nasi campur di staff canteen. Rasa hampir sama dengan masakan di restoran Indonesia. Harga sebesar SGD 2.5 atau sekitar Rp.20.000,-

Skytrain, monorail penghubung antar terminal di bandara Changi.
Setelah mengisi perut, kami kembali masuk ke dalam area bandara Changi, naik kembali satu lantai dan langsung ke tempat keberangkatan skytrain, untuk menuju ke Terminal 2. Skytrain ini sebenarnya mirip dengan MRT, hanya lebih pendek dan kecil.

Skytrain adalah monorail penghubung antar terminal di bandara Changi.
Dari terminal 2, saya langsung menuju ke stasiun MRT. Disini saya sengaja membeli STP (singapore tourist pass), untuk transportasi di Singapore selama 3 hari. Harganya SGD 30 atau sekitar Rp.230.000,- unlimited untuk biaya transportasi selama 3 hari di Singapore mengenakan MRT, LRT dan bus. SGD 20 untuk biaya transportasi, SGD 10 untuk deposit, yang nantinya akan dikembalikan pada hari kepulangan, pada saat pengembalian kartu.
Penggunaan kartu pass ini cukup mudah. Setiap masuk ke stasiun, ada mesin untuk scan kartu, jadi kartu tinggal di tap atau ditempelkan saja, pintu langsung terbuka. Saran saya, jika liburan di Singapore sekitar 1-3 hari, sebaiknya menggunakan STP daripada ezz link, karena STP lebih murah, dan kita bebas menggunakannya kemana saja.

Dari Bandara Changi, saya naik MRT tujuan pertama saya, yaitu Harbour front dan sentosa island. Dari bandara Changi, MRT transit di stasiun Tanah Merah. Dari situ saya naik MRT jurusan Joo Koon, jalur hijau.

Setiap keberangkatan dengan MRT dari bandara Changi, berpusat/transit di stasiun Tanah Merah.
Saya tiba di tujuan jam 10.30, tepatnya di Vivo City Mall. Dari sini saya naik ke lantai atas menuju ke stasiun Sentosa Monorail Express. Harga tiketnya SGD 3 atau Rp.22.500,- pertiket untuk pp.

Sebenarnya disini ada public food court, harga standard, minimal SGD 5 atau sekitar Rp.38.000, tapi saya membatalkan niat untuk membeli makanan disini, karena kebanyakan disini adalah chinese food, halalnya diragukan, selain harganya yang cukup mahal.
Bus Sentosa island.
Saya naik Sentosa monorail ke pulau sentosa. Sebenarnya tanpa menaiki sentosa monorail, kita bisa hemat dengan berjalan kaki, tapi saya tidak mau. Selain harga sentosa monorail yang tidak mahal, saya ingin menyimpan tenaga untuk tujuan yang lainnya. Pemandangan dari sentosa monorail cukup indah. Semuanya tertata rapih dan bersih. I like Singapore..
Pemandangan Harbour front, Sentosa island dari Sentosa monorail express.
Pemandangan Sentosa Island dari Sentosa monorail express.

  
Ada tiga pemberhentian atau stasiun di Sentosa island, yaitu :

Resort world (Universal Studio, Marine Life park, Maritim Xperintial Museum, Festive walk, beberapa hotel ; Hard Rock, Crockford Tower, Michael, Festive, Equarius dan Spa Villas)

Imbiah station (Butterfly park & Insect kongdom, Cable car, Images of Singapore, Merlion Walk, Nature Walk, Sentosa 4D Magix, Sentosa Cineblast, Desperados, Sentosa Luge & Skyride, Sentosa Nature Discovery, The Merlion dan Tiger Sky tower.

Beach Station (tepi pantai siloso beach, Palawan Beach, Tanjong beach, atau ke arah Siloso Point).

Pemberhentian Sentosa monorail express
Saya memilih berhenti di stasiun kedua, yaitu di Imbiah station. Disini saya langsung ke Merlion walk, dimana berada patung Merlion, disebut juga Papa Merlion, karena dari kelima patung Merlion, disinilah yang paling besar.
Papa Merlion Sentosa, icon Singa terbesar di Singapore.

Lima patung Merlion resmi di Singapore :

1. Merlion tertua, di Merlion Park
2. Baby Merlion, letaknya di belakang Merlion tertua, di Merlion Park
3. Papa Merlion setinggi 37 meter di Sentosa island
4. Merlion setinggi 3 meter di Tourisme Court, dekat Grange Road
5. Merlion setinggi 3 meter di Mount Faber Point


Makan camilan dulu di antara jalan Imbiah station dan Beach station. Narsiiisss..
Saya berjalan-jalan memutari sentosa island, dimulai dari Merlion walk, Nature walk, tiger sky tower, image of singapore, universal studio. Memang benar, Sentosa island adalah salah satu daya tarik Singapore untuk menarik wisatawan.
Berbeda dengan Genting atau Sunway Lagoon di Malaysia, Sentosa lebih besar dan pemandangannya lebih bagus dan indah. Berjalan-jalan di sini mungkin bisa sampai seharian, tapi saya enggan memutari Sentosa island sampai seharian. Apalagi masuk ke Universal studio, cukup diluarnya saja. Saya dan suami kurang tertarik masuk kedalamnya.
Di Sentosa, pengunjung dimanjakan dengan escalator atau travelator. Jadi jangan takut kecapaian berkeliling di Sentosa Island.
Ini dia pemandangan di Sentosa island, yang bisa membuat kita kangen ingin berkunjung kembali ke Sentosa island. Sekaligus foto-foto diriku and suami yang narsis, hehehe..



Ini dia Universal Studio Singapore (USS). Cukup diluarnya saja. 
Tiket masuk sekitar SGD 78 atau sekitar Rp.600.000 (tiket, transfer, meal).
Jadi, saya hanya berjalan-jalan saja di sentosa island, kecuali ke pantai. 
Kebetulan cuaca saat itu sangat panas, jadi saya urungkan niat untuk mengunjungi ke tujuan terakhir di sentosa island, yaitu pantai.


Di sentosa island banyak toko dan restoran yang bisa kita kunjungi. 
Yang cukup terkenal sih disini toko permen dan coklat. Saya coba masuki ke situ, lumayan, sekalian untuk beli oleh-oleh.
Tapi jangan kaget, disini harga yang ditawarkan relatif mahal. Di toko coklat Hersley, sebungkus coklat kecil-kecil isi sekitar 20-40 pcs itu seharga sekitar SGD 12 atau sekitar Rp.92.000,-
Untuk rasa, menurut saya sih standard ya, namanya coklat ya rasa coklat. 

Di toko permen Candylicious harganya lebih mahal lagi. Minimal harga permen disini sekitar SGD 6 atau sekitar Rp. 46.000,-
Saran saya, jika ingin membeli oleh-oleh berupa coklat, permen atau makanan kecil lainnya, lebih baik beli saja di sevel, mustofa center atau bugis junction.

Chili’s resto di Sentosa island.
Selain toko dan restoran, ada wahana-wahana yang bisa kita coba di sentosa island, antara lain ; cable car, tiger sky tower, image of singapore, dan lain-lain. Tarifnya minimal SGD 20 atau sekitar Rp.150.000,-

Untuk saya dan suami, cukup dengan berjalan-jalan di Sentosa island tanpa masuk ke universal studio ataupun wahana-wahana yang ada disini, sudah membuat pikiran merasa nyaman. You know what? Because of the views, so beautiful..

Tiger sky tower.

Image of Singapore.

Image of Singapore.

Cable car Angry birds.. tarif tiket pp SGD 22 atau sekitar Rp.168.000 untuk sekali jalan. Untuk pp, kalikan saja 2, sekitar Rp.336.000,-
Toko souvernir di Sentosa island. Mahal-mahal boooo....
Taxi Singapore, depan Bugis Junction.
Empat jam di Sentosa Island, akhirnya jam 01 siang saya meninggalkan Sentosa island menuju hotel tempat saya menginap, di daerah Bugis. Saya memilih menginap di daerah bugis karena tempatnya sangat strategis dibanding daerah yang lain. Biasanya wisatawan yang datang ke Singapore, menginap di daerah Bugis, Chinatown, Little India dan Orchard. Jangan menginap di daerah Geylang, itu adalah red area, dimana tempat prostitusi berada.

Dari Harbour front saya naik MRT jalur ungu arah Punggol, transit di Outram park, naik jalur hijau arah Changi, turun di Bugis. Stasiun MRT bugis berada tepat di bugis junction. Dari sini saya naik satu lantai dan keluar melalui pintu keluar dekat restoran McDonald. Dari sini saya menyeberang, kebetulan ada restoran India (saya lupa namanya), pas sekali di seberang Bugis Junction. Saya dan suami makan siang siang disini, nasi goreng ayam seharga SGD 5 atau sekitar Rp.38.000,- Rasanya? Seperti nasi goreng gerobak yang lewat depan rumah. Tapi lumayanlah, untuk mengganjal perut.
Jam 02 siang lewat saya tiba di hotel, yang tidak jauh berada di belakang restoran India ini. Setiba di hotel, tinggal menunjukkan voucher dari agoda, saya langsung ditunjukkan kamar sesuai pesanan via internet. Kamarnya kecil tapi bersih dan lengkap. Televisinya pun sudah yang flat. Lumayan lah, untuk harga dibawah 1 juta, dapat kamar hotel seperti ini. Saya dan suami beristirahat sebentar.

Marina bay hotel pas ditengah gedung Esplanade.
Jam 04 sore, saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Marina bay. Dengan MRT juga. Dari Stasiun Bugis Junction, saya narik MRT jalur hijau arah Changi, selisih 2 stasiun, tibalah saya di Stasiun Raffless city. Jangan heran yaaaa, di Singapore, setiap halte berada di bawah Mall. Memang benar jika Singapore dijuluki negara Mall, karena Mall ada dimana-mana. Dari Raffless city saya berjalan dan menyeberangi jalan raya, melalui underpass. Bukan dengan tangga biasa, disini penduduk dimanjakan dengan escalator. Melewati war memorial of Singapore. Disini saya langsung ke gedung Esplanade, atau gedung durian. Karena bentuknya yang seperti durian. Setelah keluar dari Esplanade, saya masuk ke dalam taman. Menyusuri taman sekitar 10 menit, sampailah saya di Marina bay.
Narsis duluuuu.. Pinggiran Marina bay.
Waaah, lagi-lagi saya berdecak kagum. Disini, setiap sungai dan pelabuhan dijadikan objek wisata. Indah sekali. Jika ingin naik Ducktour dan Hippo river cruise, disini tempatnya, tepatnya di Merlion Park. Sayangnya, ketika saya datang, patung Merlion sedang direnovasi, ditutup jadi tidak bisa foto-foto dekat Merlion. Oh iya, disini kita juga bisa naik wahana Singapore flyer, dimana kita bisa menikmati pemandangan Singapore dari ketinggian lebih dari 10 meter.


Patung Merlion tertua di merlion park, Victoria. Sayang, ketika saya datang, sedang direnovasi.
Pemandangan di Marina bay.
 
Ada lagi yang patut dicoba ketika berada di Marina bay, yaitu es krim potong. Rasanya? So yummy, harga? Hanya SGD 1 atau sekitar 7.500,- Ada rasa durian, melon, kacang hijau. Sebenarnya ada es krim potong Singapore di beberapa tempat di Singapore, tapi entah kenapa, saya paling sreg dengan yang ada di Marina bay. Ada satu tempat yang belum saya kunjungi di daerah Marina bay, yaitu Gardens by the bay dan Flower domes, yang berada tepat di belakang hotel Marina bay sands. Padahal tempat itu benar-benar sangat indah, terlihat dari foto-foto yang saya browsing di internet.
Es krim potong Singapore di Esplanade. Rasanya? Jangan ditanyaaa, SO YUMMY.. It’s only SGD 1.

 Dari Marina bay, saya beranjak pulang, melewati jembatan victoria. Dari sini terlihat pemandangan yang unik dan indah. Tepatnya CBD, central bussiness district. Di Singapore, gedung-gedung tinggi perkantoran dipusatkan di sini. Wow, pusat bisnis tapi tidak crowded seperti di negara kita, Indonesia. Tatanan kotanya sungguh rapih.

Kawasan CBD (central bussiness district). Tatanannya rapih kan? Khusus untuk wilayah perkantoran.

So beautiful..

Menyusuri jalan di taman dari Marina bay ke stasiun MRT City Hall. Narsis duluuu...
Di taman ada temple atau tugu peringatan, entah apa namanya..
Waktu sudah menunjukkan jam 06.30, namun hari masih terlihat terang. Yaah, memang waktu disini satu jam lebih dari waktu di Indonesia.
Saya kembali menyusuri taman, ada tugu peringatan, dan banyak orang duduk-duduk disini. Semua golongan membaur, India, melayu, china.

Yang menarik perhatian saya, disini banyak pasangan anak muda yang berpacaran, si lelaki berdarah india, si perempuan berdarah china, atau sebaliknya. Bagaimana rupa anaknya yaaaa.. Hehehhe..

Ductour sightseeing. Tiket sekitar SGD 33 atau sekitar Rp.260.000,-
Dimana saja terpampang petunjuk jalan atau location map
Saya kembali masuk ke underpass menuju Raffless City. Ternyata ada banyak remaja Singapore yang sedang berkumpul. Ada yang sedang latihan skate board dan tari. 
Tarinya bukan tari daerah, yang jelas. Ini tarian khas anak muda jaman sekarang. Hmm, tarian apa namanya ya..
Tangga menuju basement Esplanade. Alih-alih agar tidak ada yang menyeberang.
Tempat berkumpul anak-anak muda Singapore, latihan nari dan bela diri

Underpass dari taman sebelah City Hall menuju Esplanade di seberang jalan. Pejalan kaki dimanjakan dengan escalator.
Di beberapa titik disediakan tempat sampah/asbak bagi yang merokok. Jadiiii, tidak boleh merokok sembarangan.
Saya memutari Raffless City Mall dan City hall sebentar. Isinya, yaaa, namanya mall ya tetap mall. Tidak ada yang saya beli, hanya sekedar melihat-lihat saja. Dari Raffless City sebenarnya bisa berjalan kaki menuju bugis, sekitar 10-20 menit. Tapi karena waktu sudah mulai gelap, saya lebih memilih naik MRT. Oh iya, jam operasi MRT itu dari jam 06 pagi sampai dengan jam 11 malam. Jadi jangan khawatir kemalaman dan susah mencari alat transportasi.

Tiba di stasiun Raffless City Mall, saya sempat kaget, karena ternyata jam 06-07 malam itu bertepatan dengan orang pulang bekerja. MRT penuh, tapi sepenuh-penuhnya MRT, tetap saja nyaman, tidak bau pula. Disini saya lihat, para perempuan bebas berpakaian agak terbuka, underwear kelihatan, tato di punggung kelihatan, sampai dengan short pants yang pendeknya yaaaa benar-benar pendek. Belum lagi sepatu yang tingginya membuat mata saya melirik terus, sekitar 7cm. Mereka semua terlihat nyaman menaiki MRT. Bukannya tidak ada kriminalitas di Singapore, tapi angka kriminalitas disini sedikit, jauuuuuh dibanding dengan Jakarta. Baru memakai baju ketat saja, banyak mata melotot lihatin sampai belok itu leher. Disini mereka cuek-cuek.
Saya dan suami langsung pulang menuju hotel, untuk beristirahat. Maklum, sebelumnya kami hanya tidur beberapa jam. Tapi sebelumnya, kami makan malam di bugis, restoran melayu, warung penyet. Disini saya memesan ayam penyet seharga SGD 5.5 atau sekitar Rp.42.000,- Suami saya memesan soto ayam seharga SGD 6 atau sekitar Rp.46.000,- belum termasuk minum ya. Kebetulan saya dan suami memang sudah mempersiapkan minuman yang saya beli di sevel, karena harganya lebih murah dibanding beli di restoran.
Ternyata porsi makanan lumanyan banyak, tapi karena kami kelaparan, jadi Alhamdulillah, hehehehe.. Untuk porsi ayam penyet saja, saya mendapat dua potong ayam, tahu tempe, masing-masing sepotong. Untuk soto ayam, semangkuk besar. Nasinya porsi biasa. Rasanya enak. Hampir sama dengan masakan Indonesia, jadi cocok di lidah kami.
Soto ayam di warung penyet. Pelayan dan kasir orang Melayu.
Yang menarik, ketika kami makan, beberapa orang menghampiri meja di belakang kami. Setelah saya perhatikan, ternyata mereka menghampiri tempat sampah yang lumayan besar, untuk merokok. Bagi yang merokok, diperbolehkan dekat dengan tempat sampah, yang agak jauh dari pintu masuk restoran. Jadi, bagi yang merokok, berdiri dulu sampai rokok habis, membuang abu dan puntung di tempat sampah, baru mereka beranjak pergi.
Tertib kan? Jadi tidak ada orang yang terganggu dengan asap rokok. Jika di Indonesia? Dalam bis saja masih ada yang merokok. Jelas-jelas mengganggu penumpang kanan kiri.
Ayam penyet. Porsinya banyak. Dua potong ayam, sepotong tempe dan tahu plus sambal yang so yummmmyyy...
Setelah makan selesai, kami pulang menuju hotel. Jam 09 malam persis, tiba di hotel. Its time to take a rest.... Prepare for tomorrow...

Tempat yang dikunjungi hari pertama
1. Harbour front
2. Sentosa island
3. Universal studio
4. Marina bay
5. Merlion park
6. Esplanade
7. Mall (Vivo city, Rafless city, City Hall)

Perkiraan biaya yang keluar hari pertama sekitar SGD 150 atau sebesar Rp.1.115.000,-

# DAY 2 #

Hari kedua di Singapore, saya dan suami bangun kesiangan, jam 07 pagi, padahal niat bangun jam 06. Maklum, badan terasa capai karena berjalan seharian kemarin, dari stasiun MRT ke stasiun MRT. Jam 08.30 saya dan suami meninggalkan hotel menuju Chinese garden. Sebelumnya, saya membeli sarapan di Bugis Junction, seharga SGD 5 atau sekitar Rp.38.000,-
Camilan seharga SGD 5.5 atau sekitar Rp.42.000,-
Depan stasiun MRT Chinese garden.
Saya naik MRT jalur hijau arah Joo Koon, berhenti langsung di stasiun Chinese garden. Lagi-lagi di MRT saya sangat menikmati pemandangan kota Singapore. Negara yang sangat bersih dan tertib. Tidak heran, jika dari awal saya tiba di Singapore, tidak melihat satu polisi di jalanan. Semua titik lokasi sudah ditaruh CCTV, untuk melihat apakah ada pelanggaran atau tidak. Jika ada, polisi baru menghampiri si pelanggar. Semua dipantau dari CCTV.
Jam 10.00 saya tiba di stasiun Chinese garden. Turun dari stasiun, saya jalan sekitar 50 m menuju pintu masuk Chinese garden.

Oh my God, sesampainya di sana, saya sangat terkagum dengan taman ini. Hanya pejalan kaki yang diperbolehkan masuk ke taman, tidak boleh menggunakan sepeda, apalagi motor. Di pintu masuk terpasang aturan-aturan yang harus diikuti selama di taman. Tidak heran, jika masih banyak burung-burung berterbangan dan mencari makan di taman ini.
Ini dia keindahan CHINESE GARDEN
Jalan setapak dari stasiun Chinese garden menuju Chinese garden.
Taman di tengah kota.

Red Bridge di Chinese garden.
FINE country or FINE country..?
Di sini, saya makan bekal sarapan yang tadi dibeli. Tidak ada larangan makan, asal jangan membuang sampah sembarangan. Ada dua area disini, taman jepang dan taman china. Keduanya menyuguhkan pemandangan yang indah. Pohon-pohon, temple, dan taman kecil menjadi daya tarik tersendiri. Saya menghabiskan waktu dengan berfoto-foto disini.

White bridge di Chinese garden.
Pemandangan sungai di Chinese garden.
Diseberang sana terdapat Japaneese garden.
Kuil Jepang.
Air yang masih bening di sungai antara Japanese garden dan Chinese garden.
Ketika sedang berjalan-jalan menyusuri taman ini, ada yang menarik perhatian. Patung kambing. Lucuuuu...

Lucu-lucuaaan aaahh..
Makluuum, baru pertama kali lihat patung beginiaaannn...
Terkagum-kagum sama ini patuuung...

Add Karena jalan cuma berdua, jadi narsis foto berdua, yaaa, begini iniii...
D second red bridge di dalam Chinese garden.
Patung pendekar/pahlawan yang disebar persis di sebelah temple jalan ini. Jumlahnya lupa.
View’nyaaa, mana tahaaaaannn... Love it.

Naah ini location map di Chinese garden.
Disini saya sempat mampir ke toko 24 jam untuk membeli minum. Ternyata sedang ada promo untuk pembelian beberapa merk coklat dan permen (permen kesukaan saya). Jadi disini saya menghabiskan sekitar SGD 30 atau sekitar Rp.228.000,- untuk pembelian permen, coklat dan minum.

Setelah puas di Chinese garden, jam 12 siang saya langsung menuju Orchard road. Tempat toko-toko branded, yang katanya tempat nongkrong kalangan high class. Berhenti di stasiun Orchard, tepat di bawah Tang Plaza, dari tang plaza, saya keluar menyusuri orchard road, dan menuju ke Lucky plaza, untuk membeli titipan parfum. Memang, jika ingin membeli parfum, lebih baik di Lucky plaza daripada di Mustafa center. Disini, harga bisa ditawar, seperti layaknya berbelanja di Itc, Indonesia.
Sayaang, disini saya tidak foto-foto, terlalu banyak orang di Orchard road.

Oh iya, jangan repot-repot menukar uang ke dollar singapore di Indonesia. Lebih baik menukar secukupnya di Indonesia dan lebihnya tukar di Singapore saja, lebih murah. Ketika terakhir saya pergi ke Singapore akhir bulan Juni 2012, saya menukar rupiah ke kurs SGD itu sekitar Rp.7.600,- Ternyata, ketika saya menukar kembali di money changer, Lucky Plaza, SGD 1 hanya Rp.7.500,-
Di lucky plaza, saya hanya membeli dua parfum. Harganya jelas jauh beda jika beli di Indonesia atau di bandara Changi, untuk parfum Cabotine, sekitar Rp.270.000,- lengkap dengan dus dan segel, asliiii.. Padahal jika beli di Indonesia, sekitar Rp.400.000 – Rp. 800.000,-
Saya mengelilingi Lucky plaza, yang dalamnya benar-benar mirip Itc Roxy, dimana harga bisa ditawar. Saran saya, jangan membeli barang elektronik disini atau di tempat lain di Singapore. Sudah banyak penipuan yang terjadi pada wisatawan, khususnya dari Indonesia. Apalagi jika membelinya menggunakan kartu kredit.
Di orchard road, saya tidak memasuki mall-mall yang ada disini, karena saya pikir, isinya mall pasti sama. Jadi saya hanya berjalan-jalan saja di orchard road. Dari Lucky plaza, saya melanjutkan perjalanan ke Little India. Naik MRT dari stasiun orchard road jalur merah arah Marina bay, transit di Dhoby ghaut, pindah jalur ungu arah punggol, berhenti di stasiun Little india.
Jalan besar, Serangon road, Little India.
Setelah keluar dari stasiun Little india, saya menyusuri Serangon Road menuju ke Mustafa centre. Disini daerahnya memang lebih berantakan dibanding daerah lainnya di Singapore. Masuk ke Tekka center. Yaah, mirip dengan tanah abang di Indonesia, tapi disini lebih rapih. Tetap saja, semua tertata dengan rapih. Disini ada food court Teka center, murah juga dan hampir semua makanan halal. Sayangnya ketika saya datang kesini, banyak restoran yang tutup.
Setelah menyusuri jalan di Little india, saya dan suami makan siang di restoran India, tepat di seberang Mustafa centre. Tempatnya ramai. Disini suami saya memesan nasi briyani seharga SGD 5.5 atau sekitar Rp.42.000 dan kopi seharga SGD 2 atau sekitar Rp.15.000,- Ternyata porsi nasi briyani lumayan banyak, pas untuk perut suami saya. Nasi dengan kuah kari, ditambah sepotong ayam besar yang empuk. Rasanya enak, rempah-rempahnya terasa sekali.
Nasi Briyani, khas India..
Rasanya, maknyuusss... Seporsi besar lengkap dengan sepotong ayam yang juga ukuran besar.
Selesai makan, saya langsung menuju ke Mustafa center. Disini buka selama 24 jam. Jika ingin membeli oleh-oleh, dari makanan, permen, coklat, tas, pakaian sampai parfum dan barang lainnya, ada disini. Harganya relatif murah, standard lah. Disini saya membeli oleh-oleh coklat dan gembok kecil untuk tas ransel saya yang akan masuk bagasi. Total pembelian oleh-oleh sekitar SGD 50 atau sekitar Rp.378.000.-
Dari Mustafa center, kami melanjutkan jalan-jalan disini. Nuansa India sangat terasa, karena mayoritas penduduk di sini adalah orang India. Musik India begitu keras disetel para penjual di toko-tokonya. Aroma dupa juga begitu kentara.
Toko handphone/elektronik di Little india.
Tiba-tiba suami saya berhenti di salah satu toko handphone, melihat-lihat harganya. Ternyata harga handphone disini lebih murah daripada di Jakarta. Tapi, cuma melihat-lihat saja, tidak beli. Tetap saja lebih aman membeli alat elektronik di Indonesia.

Sempat juga masuk ke toko tas, ternyata harganya cukup mahal juga. Untuk tas ransel ukuran sedang, harganya SGD 42 atau sekitar Rp.319.000,- Yaaah, lagi-lagi, kami cuma melihat-lihat saja, tidak membeli. Beli di Indonesia saja deeeh, merk dan mutu lebih jelas.
Di sini, kami melihat kuil Sri Mariamann, kuilnya sangat bagus dan unik. Terlihat banyak orang yang sedang bersembahyang di dalamnya. Diseberangnya ada mesjid, juga bagus dan unik. Membaur kan? Membuktikan toleransi yang tinggi disini.

Stasiun MRT Chinatown.
Sri Mariamann temple di Little india.
Dari Little india, saya menuju Clark Quay, jam 04 sore. Naik dari stasiun Farrer park jalur ungu arah Harbour front. Hanya terpaut dua stasiun, kami tiba di stasiun Clark quay. Pusat dunia gemerlap di Singapore, tempatnya anak-anak muda hang out dan nongkrong. Terdapat beberapa mall disini.

Yang menarik perhatian saya, hanya pemandangannya dari sisi sungai. Terlebih lagi, saya tiba pada sore hari, jadi pas sekali nuansanya, so beautiful.
Once again, saya dan suami kelupaan untuk foto-foto disini. Tapi sumpaaaah, pemandangannya so beautifuuuulll...
Sebenarnya banyak restoran disini, tapi karena kebetulan sudah makan siang di Little india, saya dan suami hanya duduk-duduk saja disini melihat pemandangannya. Jika terpaksa ingin makan, carilah sevel atau Mcdonald disini, yang jelas halalnya.
Setelah puas di Clark quay, saya menuju Chinatown. Naik MRT jalur ungu arah Harbour front, turun di stasiun berikutnya setelah stasiun Clark quay. Naaah, setibanya di Chinatown, nuansa etnis china terasa kental sekali disini. Sepanjang jalan banyak toko yang menyediakan souvenir dan pernak pernik khas Singapore. Saran saya, jika ingin membeli oleh-oleh khas Singapore, sebaiknya disini, Chinatown, harga murah dan masih bisa ditawar. Saya menyusuri jalan di Chinatown, mencari-cari toko yang sekiranya lengkap dan murah.

Oh iya, ketika saya mau foto narsis di pintu keluar stasiun MRT Chinatown, beberapa orang yang juga ingin keluar dengan sabarnya menunggu saya berfoto-foto dulu, hehehe.. Saya juga tahu diri, after ber-narsis ria, dengan tulus saya bilang, “Sorry, thank you..”
Tibalah saya di suatu toko yang lumayan besar. Ketika sedang memilih-milih kaus, saya dihampirinya pelayannya. Hahaha, ternyata pelayannya berbahasa Indonesia. Ngobrol-ngobrol, ternyata si pelayan asli Riau. Jadilah saya dan suami memilih barang sambil mengobrol dengannya. Sesekali dia berkata, “sesuatu banget”, “iwan peyek”.. yang membuat saya dan suami tertawa. Oh iya, disini saya bisa membayar dengan uang Rupiah. Total belanja tinggal dikalikan kurs SGD. Untuk oleh-oleh saya menghabiskan uang sekitar SGD 60 atau sekitar Rp.456.000,-
Souvenir yang dijual di banyak toko-toko di Chinatown, sepanjang jalan. Harus pintar menawar disini.
Ini dia si pelayan “iwa peyek”.. Ngobrol ngalor ngidul, ternyata doi asli Riau. Memanggil saya pun dengan sebutan “ummi”.. Hanya karena saya berhijab. Hehehe..
Tidak terasa, sudah jam 08.30 malam. Saya dan suami meninggalkan Chinatown menuju hotel, di Bugis. Sesampainya di Bugis, kami kembali makan malam di warung penyet, dengan menu yang sama. Suami saya ternyata suka dengan soto dan sambalnya. Alhasil, untuk
makan malam, kami harus kembali harus mengeluarkan uang sebesar SGD 11.5 atau sekitar Rp.87.500,-
Kami tiba di hotel jam 09.40. Tidak langsung tidur, tapi langsung membereskan barang bawaan, yang makin banyak. Walau kami pulang dengan pesawat yang paling malam, jam 10.00, kami tetap membereskan barang bawaan malam ini, agar bisa tidur nyenyak dan besok bisa santai dan langsung menuju bandara Changi.

Tempat yang dikunjungi hari kedua
1. Chinese garden
2. Orchard road
3. Little India
4. Clark quay
5. Chinatown

Perkiraan biaya yang keluar hari kedua sekitar SGD 210 atau sekitar Rp.1.600.000,-

# DAY 3 #

Hari ketiga di Singapore, saya dan suami kembali bangun kesiangan, jam 08 pagi. Tapi tidak masalah, hari ini kami bisa lebih santai. Jam 10.00 kami keluar hotel untuk mencari sarapan. Kali ini kami membeli sarapan di sevel, roti dan kopi. Oh iya, kebetulan suami saya merokok, dan pada hari ketiga, dia kehabisan rokok. Mau tidak mau, akhirnya dia membeli rokok di sevel. Woooow, karena larangan merokok yang ketat, ternyata berpengaruh pada harga rokok. Untuk sebungkus rokok sampoerna, harganya sebesar SGD 12 atau sekitar Rp.92.000,- dengan menambah uang sebesar Rp.20.000 lagi, di Indonesia, bisa dapat 1 slop rokok, hehehe.. untuk sarapan dan rokok, saya harus membayar sebesar SGD 23 atau sekitar Rp.175.000,- Hmmmm, mahal juga yaaaa..
Selesai sarapan, kami kembali ke hotel untuk beristirahat dan beres-beres kembali. Jam 01.00 kami check out. Untungnya di hotel tempat kami menginap, bersedia untuk dititipi barang bawaan, jadilah kami menitip semua barang bawaan kami, 1 tas ransel besar dan 1 tas plastik besar isi oleh-oleh. Kami hanya membawa tas selempang berisi dompet, handphone, dan surat-surat penting.
Setelah check out, kami menuju ke arah West cost, untuk bertemu dengan seorang teman. Kebetulan dia sudah lima tahun tinggal dan bekerja di Singapore. Dari stasiun bugis, kami naik MRT jalur hijau arah Joo Koon, berhenti di stasiun Buona vista. Di situ kami sudah ditunggu. Kami melanjutkan perjalanan dengan LRT, monorail khusus dalam kota.
Jam 05 sore kami kembali bugis, dengan route kebalikan yang sama seperti keberangkatan kami tadi ke West cost. Sebelum menuju hotel, kami menyempatkan diri untuk kembali berkeliling di Bugis Junction. Disini saya kembali membeli oleh-oleh coklat, sebesar SGD 50 atau sekitar Rp.381.000.- Dari Bugis junction, kami berjalan kaki menuju hotel untuk mengambil barang bawaan kami dan langsung menuju bandara Changi. Perjalanan dari Bugis ke bandara Changi memakan waktu sekitar 25 menit, dengan MRT.

Sekitar jam 06.30 kami tiba di bandara Changi. Kami langsung check in di area Airasia dan menaruh barang bawaan kami di bagasi Airasia, terminal 1. Setelah check in, kami makan malam, kembali di Staff Canteen. Di tempat yang sama, hanya harganya beda. Untuk dua porsi makanan, kami harus membayar SGD 6.5 atau sekitar Rp.50.000,- Setelah makan, kami jalan-jalan memutari Changi.
Ternyata, di dalam bandara Changi ada smooking room, yang dinginnya minta ampun, pintunya pun doble dua. Sambil menunggu waktu boarding, saya menemani suami di smooking room.

Smooking room di dalam bandara Changi. Pintu dobel dua lapis plus ac yang super dingin. Kata suami saya, andai di bandara Soekarno Hatta like this.. hhhhmmmm, kapan yaaa...

Sayangnya, pesawat kami delay, yang seharusnya jam 10.00 malam waktu Singapore sudah take off, jam 11.30 malam, pesawat kami baru landing dari Yogyakarta. Jam 12.00 akhirnya kami take off dari Singapore menuju Indonesia. Bye Fine Country, Welcome Crowded country..

Tempat yang dikunjungi hari ketiga
1. West cost
2. Bugis junction

Perkiraan biaya yang keluar hari ketiga sekitar SGD 75 atau sekitar Rp.572.000,-

Total pengeluaran
1. Hari pertama SGD 150
2. Hari kedua SGD 210
3. Hari ketiga SGD 75


Total pengeluaran selama tiga hari di Singapore sebesar SGD 435 atau sekitar Rp.3.314.000,-

Biaya dua malam menginap di hotel sebesar Rp.1.700.000

Tiket pesawat PP untuk berdua (Rp.800.000x2) sebesar Rp.1.600.000

Airport tax untuk berdua (Rp.150.000x2) sebesar Rp.300.00,-

Total pengeluaran travelling selama 3 hari 2 malam di Singapore sebesar Rp.6.914.000,-

4 komentar:

Ny Koes on 23 Oktober 2013 pukul 12.56 mengatakan...

hai mba, salam kenal.. postingannya oke bgt, detail.. oia, kl blh tau dl nginepnya dmn? soalnya aku jg lg nyari nih yg murmer tp yg kamar mandi nya gak sharing, makasih

Unknown on 26 Mei 2014 pukul 19.26 mengatakan...

Teeeeeeh Pipiiit!!!!!!! Td kan Amy lg google-ing ttg spore, eh kebuka blog ini... Amy baca lah..... Ehh tiba2 pas liat fotonya, ko mirip bang Didi dan teh Pipit, stlh liat foto yg berdua, Amy ketawa2 sendiri...... Hahahhahahahhah masa ga ngenalin tetehnya sendiri kata ibu hahahhahahahhah

NiningHand on 15 Agustus 2014 pukul 09.24 mengatakan...

wah nice info
halal murah, klop tenan
thanks sob infonya...

liburan singapore on 21 Mei 2015 pukul 11.31 mengatakan...

mustafa center, belanja 24 jam nonstop
info menarik nih thanks

Posting Komentar